Mungkin sebagian dari kita akan merasa begitu sesak saat harus mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu. Tak semua orang punya masa lalu yang indah dan bahagia. Bahkan demi melupakan masa lalu tak sedikit orang yang mengubah banyak hal dalam hidupnya. Entah cara berpakaian, cara bergaul, cara bersikap dan berpikirnya. Masa lalu memang tak bisa diubah, namun sejatinya masa lalu adalah sejarah hidup yang tak perlu dilupakan dengan cara yang ekstrim. Memaafkan masa lalu, memaafkan diri sendiri dan orang di sekitar kita, adalah cara berdamai dengan masa lalu, meski berat tentunya.
Berapa banyak orang yang di masa lalunya terluka karena pelecehan, dibully, KDRT, disiksa dan sebagainya. Semua adalah sejarah kelam yang mungkin tak ingin diingat lagi oleh si korban. Atau lihatlah, para mantan preman, mantan penjahat yang kemudian menemukan hidayah untuk bertobat. Mungkin di satu sisi mereka tak ingin mengingat lagi segala perbuatan bejat mereka. Namun ternyata banyak juga dari mereka yang justru berkeliling memberi pencerahan pada masyarakat bagaimana mereka di masa lalu dan bagaimana mereka kini bertobat. Untuk apa mereka menceritakan semua itu? Untuk dijadikan pelajaran bagi orang lain.
Contohnya saja, Anton Medan, yang di masa lalunya gampang saja menghabisi nyawa orang lain. Setelah bertobat ia pun masuk Islam dan akhirnya aktif berdakwah. Tak hanya itu, buku yang berisi sejarah hidupnya ditulis secara berseri hingga siapapun bisa membaca sejarah hidupnya yang kelam.
Meskipun begitu, tak sedikit juga yang diam bungkam, menutupi masa lalunya serapat mungkin. Mungkin ada pertimbangan lain, misalnya ada aib yang harus dijaga di situ. Namun bagi yang menutupi dan lari dari kenyataan karena tak sanggup mengingat masa lalunya, mungkin perlu belajar menerapi diri sendiri, belajar bangkit dari keterpurukan dan trauma masa lalu.
Saya teringat materi Kepribadian Muslimah yang ditulis oleh ratih Sophie Azizah di grup Blogger Muslimah Indonesia beberapa waktu lalu.
Saya paham sekali bahwa proses berdamai dengan orang lain yang pernah melukai kita atau proses berdamai dengan diri sendiri kita tidaklah mudah, perlu keinginan yang kuat, perlu kesiapan diri yang matang dan juga proses yang panjang, namun lika-liku perjuangan ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kita hanya berdiam diri, meratapi nasib, membuat diri kita terpuruk atau bahkan yang lebih parah melampiaskannya dalam bentuk dendam dan kebencian yang tak akan pernah berakhir.
Kita harus mengubah konsep kita tentang makna dari memaafkan itu sendiri, yaitu:1. Memaafkan bukan berarti melupakan.2. Memaafkan tidak harus memberitahukan.3. Memaafkan adalah untuk kenyamanan diri sendiri.4. Memaafkan bukan berarti menyukai orang yang telah bersalah.5. Memaafkan bukan berarti mengizinkan kembali kesalahan untuk terjadi.
Tak hanya manusia secara pribadi, sebuah negeri atau bangsa, juga memiliki masa lalu. Masa lalu yang dicatat dalam buku-buku sejarah, agar generasi penerus bangsa mengetahui dan memahami sejarah masa lalu nenek moyangnya. Tentunya bukan untuk bersedih atau mendendam, tapi untuk mengambil pelajaran agar tak terulang di masa datang. Jadi bagi sebuah bangsa, sejarah itu wajib dipelajari dan dituliskan dalam buku sejarah bangsa. Semua demi masa depan anak cucu dan penerusnya.
Presiden pertama Indonesia berkata bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya. Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Salah satu pelajaran berharga bagi bangsa kita adalah ampuhnya pola adu domba dan pecah belah untuk menguasai Indonesia. Fakta ini bisa kita lihat juga di zaman sekarang, bagaimana sengitnya perpecahan di media sosial. Adu domba pihak ketiga bisa jadi sebagai penyebabnya tapi kita seringkali tak menyadarinya. Ada pihak ketiga yang bertepuk tangan tentunya. Apakah penjajahan versi millenium akan terjadi juga pada bangsa kita?
Sesungguhnya sejarah itu amat berharga. Karena itulah kita tak boleh melupakannya begitu saja. (NSR)
Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia.
Ada bebrapa tipe orang yang akan diam dan bungkam tidak ingin sejarah masa lalunya diketahui banyak orang, pun dengan keluarga barunya. Aku suka sedih dengan ini, bagaimanapun juga, sejarah kehidupan baik atau buruk, perlu diketahui oleh keluarga barunya
Iya Mbak Astin, memang butuh kesiapan dan kekuatan mental yang besar untuk jujur pada masa lalu.
Betul sekali mbak, dengan memaafkan akan mempermudah langkah kita selanjutnya, tidak melulu terkurung dalam kenangan pahit masa lalu…
Iya betul Muns, pasti tidak mudah. Terimakasih sudah berkunjung.
Selalu kagum dengan orang yang tak hanya bisa berdamai dengan masa lalunya, memetik pelajaran dari sana tapi juga menyebarkannya agar menjadi inspirasi bagi sesama. Seperti Anton Medan, misalnya 🙂
Iya betul banget Mbak Dian. Memang berat move on dari masa lalu, makanya banyak yang memilih lari dan berusaha melupakan. Meskipun banyak juga yang gagal melupakan dan akhirnya tertekan sendiri.
Sepahit apapun namanya sejarah tidak boleh dilupakan. Karena menjadi pelajaran di masa kini. Seperti halnya kisah Rosulloh yang kerap kali di dzalimi. Itu sejarah pahit dan menyedihkan. Tetapi sampai sekarang tetap diceritakan kembali sebagai pelajaran dan contoh Yo Mba.
Betul Mbak Denik, Al Quran menceritakan banyak sekali sejarah, agar manusia mengambil pelajaran. Sangat banyak ayat berbunyi seperti itu.
Pasti pernah ada hal-hal yang menyakitkan pernah kita alami. Memaafkan dengan tulus adalah cara untuk menyembuhkan luka.
Iya, tapi itu memang berat. Makanya banyak orang yang memilih lari dari pada berdamai.
Intinya, kita patut belajar pada masa lalu ya mbak? Karena jalan manusia memang nggak selamanya mulus dan sebab masa lalu walau sekelam apa pun pasti ada hikmahnya yang bisa dipetik.
Iya betul Mbak Siska, pengalaman masa lalu adalah guru terbaik.
berdamai dengan orang lain itu susah apalagi berdamai dengan diri sendiri.
*haadeuh… apakah saya ini tipe pendendam? Eh, astaghfirullaah.
Ga juga sih, cuma jaga jaga aja, mengingat agar tidak kejadian pahit terulang kembali. *halah
Memang susah Mbak Angga, berdamai dengan diri sendiri, dengan masa lalu yang pahit. Makanya dikatakan orang yang kuat adalah yang bisa menaklukkan diri sendiri.
Mantap kalimat penutupnya Mbak. Salam.kenal ya 🙂
Makasih sudah mampir ya Sri, insya Allah nanti mampir balik 🙂
Didalam sejarah terdapat banyak pelajaran berharga, yang baik ditiru yang jelek ditinggalkan
Pesantren Anton Medan nggak jauh dari rumah ibu saya. Jangan melupakan sejarah, ini penting di pegang kalau kita mau maju ya mba..